Selasa, 25 Agustus 2009
MENGENAL MALAYSIA
Banyak orang, yang sudah mengenal Malaysia, terutama dengan ikon andalannya Menara Kembar Petronas. Namun bagi banyak orang lain, terutama di luar Asia Tenggara, masih bertanya dimanakah Malaysia? Apa hubungannya dengan Indonesia? Bagaimana budayanya? Malaysia yang dikenal dengan Kerajaan Malaysia merupakan negara yang dihuni oleh rumpun Melayu, India, dan China. Tidak jelas bagaimana pengakuan Malaysia terhadap Suku Dayak dan beberapa suku asli lain yang mendiami Kalimantan dan Semenanjung Melayu. Namun demikian, Malaysia menampilkan suku-suku asli tersebut dalam iklan wisatanya dan keragaman budayanya dengan menyebut wilayahnya sebagai “Trully Asia”.
Malaysia adalah negara berbentuk kerajaan yang merupakan gabungan dari beberapa kerajaan di Semenanjung Malaya dan Kalimantan Utara, sehingga boleh dikatakan Malaysia merupakan negara federasi. Malaysia mendapat kemerdekaan dari Inggris dengan dibantu pejuang-pejuang dari Indonesia, terutama di Kalimantan. Itu sebabnya sampai sekarang, meskipun memakai nama, lambang negara, dan bendera sendiri, sampai sekarang Malaysia masih menjadi bagian dari Indonesia. Malaysia merupakan wilayah dengan sistem pemerintahan berbeda, namun sebenarnya menjadi bagian dari “Nusantara Indonesia” yang dikenal sebagai NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Sistem pemerintahan yang kurang lebih setara dengan sistem yang dianut Negara Tiongkok terhadap Hongkong dan Taiwan.
Masuknya Malaysia sebagai bagian dari Nusantara Indonesia berawal dengan klaim Malaysia atas Sipadan dan Ligitan yang kemudian atas keputusan Mahkamah Internasional menjadi milik Malaysia. Sejak itu kapal perang Malaysia mulai ikut andil dalam menjaga perairan Indonesia dengan wilayah utama patroli di sekitar perairan Ambalat. Sebagai negara yang menjadi sub dari Indonesia, tentu menjadi kewajiban Malaysia membantu Indonesia dalam menjaga teritorialnya.
Tidak sampai disitu, PASKAL, sebuah pasukan khas angkatan laut Tentera Diraja Malaysia (TDM) juga memakai warna baret yang sama dengan warna baret Marinir Indonesia. Demikian juga dengan seragam TDM yang dibuat oleh sebuah perusahaan di Jawa Tengah, Indonesia. Termasuk beberapa pesawat patroli maritim yang dipakai dalam patroil laut Malaysia merupakan buatan dari Industri Pesawat Terbang Indonesia (PT.Dirgantara Indonesia). Belakang ada kabar bahwa sejumlah warga negara Indonesia juga direkrut oleh Malaysia untuk menjadi anggota Laskar Wathaniyah yang menjadi semacam milisi negara yang juga berbatasan dengan Brunei Darussalam tersebut.
Masuknya Malaysia sebagai bagian dari Indonesia, yang mungkin akan diusulkan sebagai provinsi ke-34 untuk Kalimantan Utara dan provinsi ke-35 untuk daerah yang berada di Semenanjung Malaya. Belum jelas rencana penamaan kedua provinsi itu dalam versi Indonesia, meskipun bagi Malaysia akan tetap memberi nama dengan negara bagian ataupun nama kerajaan yang sekarang tetap dipakai. Kemungkinannya kedua provinsi baru Indonesia itu akan dinamakan Provinsi Malaysia Timur dan Provinsi Malaysia Barat.
Rakyat dan Pemerintah Malaysia tampaknya bersukacita atas masuknya Malaysia ke dalam Nusantara Indonesia itu. Persiapan kearah itu nampaknya sudah dilakukan secara matang dan terencana. Dalam situs resmi Visit Malaysia misalnya, Lagu “Rasa Sayange” yang berasal dari Maluku telah menghiasi dengan penuh gempita. Demikian juga dengan pemasyarakatan Batik dan Wayang yang berasal dari Jawa itu telah disosialisasikan ke seluruh Malaysia dan dunia. Ini untuk lebih mengukuhkan bahwa budaya Malaysia adalah bagian dari Budaya Indonesia. Dengan terjadinya proses kulturisasi ini diharapkan bahwa warganegara Malaysia sudah merasa bahwa mereka adalah warganegara Indonesia.
Ini merupakan buah operasi intelijen melalui pengiriman sejumlah orang Indonesia ke Malaysia tahun 55 sampai 60-an yang dilakukan untuk memenangkan Melayu dalam Pilihan Raya di Malaysia. Malaysia yang dikenal sebagai negeri Melayu dihadapkan juga terhadap masalah rasial terutama dengan keturunan Tiongkok dan India. Masuknya Malaysia sebagai bagian dari Indonesia diharapkan dapat membantu mengatasi masalah ini, karena Indonesia yang didiami oleh banyak sekali suku bangsa itu dapat membentuk suatu bangsa besar di bawah semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang artinya “Berbeda Itu Satu Itu” atau lebih tepatnya “Berbeda-beda tetapi Tetap Satu”.
Banyaknya Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia merupakan bentuk kerjasama yang luarbiasa. TKI yang pada awalnya diundang oleh Malaysia itu kini menjadi bukti keterikatan Malaysia kepada Indonesia. Meskipun beberapa pihak di Malaysia belum memahami sepenuhnya hal tersebut. Penyiksaan kepada TKI bukanlah hambatan besar bagi kedua negara. Adanya TKI yang disiksa di Malaysia hanya merupakan bukti bahwa masuknya Malaysia ke Indonesia akan menambah satu lagi tugas bagi Indonesia untuk mengajari rakyat di negeri itu tentang hak asasi manusia dan bagaimana memperlakukan pekerja dengan baik.
Ini tugas berat yang lain, selain bagaimana mengajari Malaysia untuk lebih kreatif menggunakan potensi budaya di daerah tersebut untuk menjadi kesenian khas yang dapat dipertontonkan dan bukan hanya menjiplak budaya Indonesia. Tugas demikian sudah dilakukan dengan baik oleh Indonesia di era 60-an, dengan mengirim sejumlah guru ke Malaysia dan menjadikan rakyat di negeri itu lebih pintar. Ditambah lagi dengan banyaknya mahasiswa dari Malaysia yang belajar di Indonesia yang kini memegang beberapa jabatan penting di Malaysia.
Penyatuan Malaysia ke dalam Nusantara Indonesia, juga dilakukan melalui musik. Angklung, alat musik khas Jawa Barat juga telah disosialisasikan oleh Malaysia sebagai musik asli Malaysia. Beberapa grup musik dan penyanyi Indonesia bahkan sangat populer di Malaysia. Ini tampaknya merupakan hasil pertukaran siara antara Televisi Malaysia (TVM) dan Televisi Republik Indonesia (TVRI) yang diantaranya dilakukan melalui acara Titian Muhibah.
Sukses penyatuan Malaysia ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia kabarnya akan lebih merakyat di Malaysia. Sebab rendang, masakan khas Sumatera Barat, kabarnya juga akan dianggap sebagai Makanan Khas Malaysia. Demikian juga dengan isu yang rencana Malaysia mematenkan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Melayu. Kabar-kabar ini menunjukkan bahwa penyatuan Malaysia ke dalam Indonesia merupakan keinginan yang kuat dari rakyat dan Pemerintah Malaysia. Termasuk bagaimana yang terakhir, tari pendet, juga dijadikan tari Malaysia.
Penyatuan inilah yang menjawab pertanyaan mengapa Noordin M. Top dan Dr. Azhari melakukan teror di Indonesia, bukan di daerah asalnya Malaysia. Kedua warga negara Malaysia itu menganggap Indonesia merupakan tanah airnya dan ini tampaknya juga disetujui oleh Kerajaan Malaysia. Sebab sampai saat ini tidak ada upaya-upaya serius dari Pemerintah Malaysia untuk menekan keluarga Noordin M. Top di Malaysia untuk meminta Noordin M.Top menyerahkan diri kepada Kepolisian di Indonesia. Kemungkinan hal ini tidak dilakukan Malaysia karena Malaysia ingin mensosialisasikan kepopuleran negeri itu di Indonesia. Siapa tahu Noordin M. Top mendapat tempat di hari rakyat Indonesia sebagaimana Siti Nurhalizah dan Sheila Majid. Tujuannya, agar rakyat Indonesia mau menerima Malaysia sebagai bagian dari Indonesia.
Tentu saja penyatuan Malaysia kembali dalam NKRI bukanlah hal yang baru. Sejarah masa lampau negeri itu menunjukkan bahwa wilayah Malaysia itu adalah bagian dari Nusantara Indonesia sebagaimana wilayah-wilayah tersebut menjadi wilayah taklukan Sriwijaya dan Majapahit. Dengan demikian, saat Malaysia mengklaim wilayahnya sebagai bagian dari Wilayah Republik Indonesia, seperti halnya klaim mereka atas budaya Indonesia, pemerintah dan rakyat Malaysia sedang mengakui betapa berdaulatnya Indonesia terhadap negeri itu. Mungkin Malaysia sudah bosan di ketiak Ratu Inggris dan raja-raja di Malaysia ingin diperlakukan sebagaimana raja-raja di Indonesia yang terhimpun dalam NKRI. Di sisi lain, ada kekaguman rakyat Malaysia atas heroiknya rakyat Indonesia yang berhasil mengusir kekuasaan Kerajaan Belanda, sementara rakyat Malaysia tak pernah menikmati kemerdekaan sejatinya. Mereka walaupun merdeka, tetapi masih terhimpit kekuasaan persemakmuran Inggris.
Kemajuan Ekonomi yang dicapai India dan China juga mengkhawatirkan Malaysia dimana dua etnis besar Malaysia yakni Cina dan India dikhawatirkan akan menguat dan mempengaruhi kekuatan etnis Melayu di Malaysia. Dengan menjadi bagian Indonesia, maka rakyat Malaysia sudah punya saudara melayu yang sebangsa dalam sebuah negara bernama Indonesia. Sedangkan di Indonesia etnis India dan China ternyata mendapat tempat terhormat dan tidak perlu merasa dianaktirikan oleh Pemerintah Indonesia sebagaimana mereka keluhkan dengan perlakuan Pemerintah Malaysia.
Akhirnya, kita ucapkan selamat kepada Kerajaan Malaysia yang dengan suka cita telah mempropagandakan budaya Indonesia ke seluruh dunia sebagai budaya Malaysia. Ini merupakan bukti pengakuan dari pemerintah dan rakyat Malaysia bahwa Malaysia adalah bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bersatu Menambah Mutu ! Sayangnya, tidak ada informasi, kapan bendera Indonesia juga akan dikibarkan di seluruh Malaysia dan diumumkan ke seluruh dunia sebagai bendera Malaysia juga. Mungkin hal ini akan dilakukan Malaysia dalam waktu yang tidak lama lagi untuk lebih mengukuhkan dirinya sebagai bagian dari NKRI. Merdeka!!!
Malaysia adalah negara berbentuk kerajaan yang merupakan gabungan dari beberapa kerajaan di Semenanjung Malaya dan Kalimantan Utara, sehingga boleh dikatakan Malaysia merupakan negara federasi. Malaysia mendapat kemerdekaan dari Inggris dengan dibantu pejuang-pejuang dari Indonesia, terutama di Kalimantan. Itu sebabnya sampai sekarang, meskipun memakai nama, lambang negara, dan bendera sendiri, sampai sekarang Malaysia masih menjadi bagian dari Indonesia. Malaysia merupakan wilayah dengan sistem pemerintahan berbeda, namun sebenarnya menjadi bagian dari “Nusantara Indonesia” yang dikenal sebagai NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Sistem pemerintahan yang kurang lebih setara dengan sistem yang dianut Negara Tiongkok terhadap Hongkong dan Taiwan.
Masuknya Malaysia sebagai bagian dari Nusantara Indonesia berawal dengan klaim Malaysia atas Sipadan dan Ligitan yang kemudian atas keputusan Mahkamah Internasional menjadi milik Malaysia. Sejak itu kapal perang Malaysia mulai ikut andil dalam menjaga perairan Indonesia dengan wilayah utama patroli di sekitar perairan Ambalat. Sebagai negara yang menjadi sub dari Indonesia, tentu menjadi kewajiban Malaysia membantu Indonesia dalam menjaga teritorialnya.
Tidak sampai disitu, PASKAL, sebuah pasukan khas angkatan laut Tentera Diraja Malaysia (TDM) juga memakai warna baret yang sama dengan warna baret Marinir Indonesia. Demikian juga dengan seragam TDM yang dibuat oleh sebuah perusahaan di Jawa Tengah, Indonesia. Termasuk beberapa pesawat patroli maritim yang dipakai dalam patroil laut Malaysia merupakan buatan dari Industri Pesawat Terbang Indonesia (PT.Dirgantara Indonesia). Belakang ada kabar bahwa sejumlah warga negara Indonesia juga direkrut oleh Malaysia untuk menjadi anggota Laskar Wathaniyah yang menjadi semacam milisi negara yang juga berbatasan dengan Brunei Darussalam tersebut.
Masuknya Malaysia sebagai bagian dari Indonesia, yang mungkin akan diusulkan sebagai provinsi ke-34 untuk Kalimantan Utara dan provinsi ke-35 untuk daerah yang berada di Semenanjung Malaya. Belum jelas rencana penamaan kedua provinsi itu dalam versi Indonesia, meskipun bagi Malaysia akan tetap memberi nama dengan negara bagian ataupun nama kerajaan yang sekarang tetap dipakai. Kemungkinannya kedua provinsi baru Indonesia itu akan dinamakan Provinsi Malaysia Timur dan Provinsi Malaysia Barat.
Rakyat dan Pemerintah Malaysia tampaknya bersukacita atas masuknya Malaysia ke dalam Nusantara Indonesia itu. Persiapan kearah itu nampaknya sudah dilakukan secara matang dan terencana. Dalam situs resmi Visit Malaysia misalnya, Lagu “Rasa Sayange” yang berasal dari Maluku telah menghiasi dengan penuh gempita. Demikian juga dengan pemasyarakatan Batik dan Wayang yang berasal dari Jawa itu telah disosialisasikan ke seluruh Malaysia dan dunia. Ini untuk lebih mengukuhkan bahwa budaya Malaysia adalah bagian dari Budaya Indonesia. Dengan terjadinya proses kulturisasi ini diharapkan bahwa warganegara Malaysia sudah merasa bahwa mereka adalah warganegara Indonesia.
Ini merupakan buah operasi intelijen melalui pengiriman sejumlah orang Indonesia ke Malaysia tahun 55 sampai 60-an yang dilakukan untuk memenangkan Melayu dalam Pilihan Raya di Malaysia. Malaysia yang dikenal sebagai negeri Melayu dihadapkan juga terhadap masalah rasial terutama dengan keturunan Tiongkok dan India. Masuknya Malaysia sebagai bagian dari Indonesia diharapkan dapat membantu mengatasi masalah ini, karena Indonesia yang didiami oleh banyak sekali suku bangsa itu dapat membentuk suatu bangsa besar di bawah semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang artinya “Berbeda Itu Satu Itu” atau lebih tepatnya “Berbeda-beda tetapi Tetap Satu”.
Banyaknya Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia merupakan bentuk kerjasama yang luarbiasa. TKI yang pada awalnya diundang oleh Malaysia itu kini menjadi bukti keterikatan Malaysia kepada Indonesia. Meskipun beberapa pihak di Malaysia belum memahami sepenuhnya hal tersebut. Penyiksaan kepada TKI bukanlah hambatan besar bagi kedua negara. Adanya TKI yang disiksa di Malaysia hanya merupakan bukti bahwa masuknya Malaysia ke Indonesia akan menambah satu lagi tugas bagi Indonesia untuk mengajari rakyat di negeri itu tentang hak asasi manusia dan bagaimana memperlakukan pekerja dengan baik.
Ini tugas berat yang lain, selain bagaimana mengajari Malaysia untuk lebih kreatif menggunakan potensi budaya di daerah tersebut untuk menjadi kesenian khas yang dapat dipertontonkan dan bukan hanya menjiplak budaya Indonesia. Tugas demikian sudah dilakukan dengan baik oleh Indonesia di era 60-an, dengan mengirim sejumlah guru ke Malaysia dan menjadikan rakyat di negeri itu lebih pintar. Ditambah lagi dengan banyaknya mahasiswa dari Malaysia yang belajar di Indonesia yang kini memegang beberapa jabatan penting di Malaysia.
Penyatuan Malaysia ke dalam Nusantara Indonesia, juga dilakukan melalui musik. Angklung, alat musik khas Jawa Barat juga telah disosialisasikan oleh Malaysia sebagai musik asli Malaysia. Beberapa grup musik dan penyanyi Indonesia bahkan sangat populer di Malaysia. Ini tampaknya merupakan hasil pertukaran siara antara Televisi Malaysia (TVM) dan Televisi Republik Indonesia (TVRI) yang diantaranya dilakukan melalui acara Titian Muhibah.
Sukses penyatuan Malaysia ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia kabarnya akan lebih merakyat di Malaysia. Sebab rendang, masakan khas Sumatera Barat, kabarnya juga akan dianggap sebagai Makanan Khas Malaysia. Demikian juga dengan isu yang rencana Malaysia mematenkan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Melayu. Kabar-kabar ini menunjukkan bahwa penyatuan Malaysia ke dalam Indonesia merupakan keinginan yang kuat dari rakyat dan Pemerintah Malaysia. Termasuk bagaimana yang terakhir, tari pendet, juga dijadikan tari Malaysia.
Penyatuan inilah yang menjawab pertanyaan mengapa Noordin M. Top dan Dr. Azhari melakukan teror di Indonesia, bukan di daerah asalnya Malaysia. Kedua warga negara Malaysia itu menganggap Indonesia merupakan tanah airnya dan ini tampaknya juga disetujui oleh Kerajaan Malaysia. Sebab sampai saat ini tidak ada upaya-upaya serius dari Pemerintah Malaysia untuk menekan keluarga Noordin M. Top di Malaysia untuk meminta Noordin M.Top menyerahkan diri kepada Kepolisian di Indonesia. Kemungkinan hal ini tidak dilakukan Malaysia karena Malaysia ingin mensosialisasikan kepopuleran negeri itu di Indonesia. Siapa tahu Noordin M. Top mendapat tempat di hari rakyat Indonesia sebagaimana Siti Nurhalizah dan Sheila Majid. Tujuannya, agar rakyat Indonesia mau menerima Malaysia sebagai bagian dari Indonesia.
Tentu saja penyatuan Malaysia kembali dalam NKRI bukanlah hal yang baru. Sejarah masa lampau negeri itu menunjukkan bahwa wilayah Malaysia itu adalah bagian dari Nusantara Indonesia sebagaimana wilayah-wilayah tersebut menjadi wilayah taklukan Sriwijaya dan Majapahit. Dengan demikian, saat Malaysia mengklaim wilayahnya sebagai bagian dari Wilayah Republik Indonesia, seperti halnya klaim mereka atas budaya Indonesia, pemerintah dan rakyat Malaysia sedang mengakui betapa berdaulatnya Indonesia terhadap negeri itu. Mungkin Malaysia sudah bosan di ketiak Ratu Inggris dan raja-raja di Malaysia ingin diperlakukan sebagaimana raja-raja di Indonesia yang terhimpun dalam NKRI. Di sisi lain, ada kekaguman rakyat Malaysia atas heroiknya rakyat Indonesia yang berhasil mengusir kekuasaan Kerajaan Belanda, sementara rakyat Malaysia tak pernah menikmati kemerdekaan sejatinya. Mereka walaupun merdeka, tetapi masih terhimpit kekuasaan persemakmuran Inggris.
Kemajuan Ekonomi yang dicapai India dan China juga mengkhawatirkan Malaysia dimana dua etnis besar Malaysia yakni Cina dan India dikhawatirkan akan menguat dan mempengaruhi kekuatan etnis Melayu di Malaysia. Dengan menjadi bagian Indonesia, maka rakyat Malaysia sudah punya saudara melayu yang sebangsa dalam sebuah negara bernama Indonesia. Sedangkan di Indonesia etnis India dan China ternyata mendapat tempat terhormat dan tidak perlu merasa dianaktirikan oleh Pemerintah Indonesia sebagaimana mereka keluhkan dengan perlakuan Pemerintah Malaysia.
Akhirnya, kita ucapkan selamat kepada Kerajaan Malaysia yang dengan suka cita telah mempropagandakan budaya Indonesia ke seluruh dunia sebagai budaya Malaysia. Ini merupakan bukti pengakuan dari pemerintah dan rakyat Malaysia bahwa Malaysia adalah bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bersatu Menambah Mutu ! Sayangnya, tidak ada informasi, kapan bendera Indonesia juga akan dikibarkan di seluruh Malaysia dan diumumkan ke seluruh dunia sebagai bendera Malaysia juga. Mungkin hal ini akan dilakukan Malaysia dalam waktu yang tidak lama lagi untuk lebih mengukuhkan dirinya sebagai bagian dari NKRI. Merdeka!!!
Minggu, 02 Agustus 2009
Demonstrasi Malaysia Menentang ISA
Lalu lintas Kuala lumpur hari ini hampir lumpuh.Hal ini berikutan adanya demonstrasi besar besaran di beberapa jalan utama/nadi kuala lumpur seperti kawasan masjid jamek, jalan raja laut,jalan tunku abdul rahman dan masjid negara.
demonstrasi ini di pelopori tokoh tokoh politik dari partai pembangkang/oposisi.Untuk menentang dan meminta kerajaan malaysia memansuhkan menghapuskan undang undang ISA (akta keselamatan dalam negeri).
akta ISA merupakan sistim perundan undagangan malaysia yang bisa menangkap individu yang dianggap membahayakan sistem pemerintahan tanpa harus diadili
hal ini /akta ISA jelas sangat memojokkan posisi partai oposisi.
kebebasan bersuara di malaysia memang bisa dibilang masih minim,jangankan menentang,sebuah kritikan saja seorang individu akan bisa dipenjarakan karena dianggap berbahaya..Dan dikenakan tindakan hukum dibawah akta isa..Bahkan beberapa blogger malaysia pernah di tahan beberapa tahun lalu dengan alasan tulisanya terlalu membahayakan.
Pasukan polisi akirnya mengambil tidakan menembakkan meriam air dan gas pemedih mata untuk membubarkan demonstari tersebut.Dan sampai jam 4 sore tadi siang,polis malaysia telah menahan lebih 150 orang diantara ribuan peserta demontrasi (sumber:www.gendensang.com)
demonstrasi ini di pelopori tokoh tokoh politik dari partai pembangkang/oposisi.Untuk menentang dan meminta kerajaan malaysia memansuhkan menghapuskan undang undang ISA (akta keselamatan dalam negeri).
akta ISA merupakan sistim perundan undagangan malaysia yang bisa menangkap individu yang dianggap membahayakan sistem pemerintahan tanpa harus diadili
hal ini /akta ISA jelas sangat memojokkan posisi partai oposisi.
kebebasan bersuara di malaysia memang bisa dibilang masih minim,jangankan menentang,sebuah kritikan saja seorang individu akan bisa dipenjarakan karena dianggap berbahaya..Dan dikenakan tindakan hukum dibawah akta isa..Bahkan beberapa blogger malaysia pernah di tahan beberapa tahun lalu dengan alasan tulisanya terlalu membahayakan.
Pasukan polisi akirnya mengambil tidakan menembakkan meriam air dan gas pemedih mata untuk membubarkan demonstari tersebut.Dan sampai jam 4 sore tadi siang,polis malaysia telah menahan lebih 150 orang diantara ribuan peserta demontrasi (sumber:www.gendensang.com)
Malaysia terlalu kecil untuk jadi lawan Indonesia
By Cardiyan HS, taken from mailist IA-ITB
Tragedi bom di Jakarta dimanfaatkan betul oleh Malaysia untuk public relations di mata Dunia. Dari soal klaim kesuksesan mereka menjadi tuan rumah Manchester United (MU) karena “Malaysia is the Truly Asia”. Dan tentu saja sambil meledek Indonesia: ”Malaysia Tewas dengan MU 2-3. Tak apa kalau kalah bermaruah. Tak seperti di Indon tewas 9 orang including 4 foreigner”.
Malaysia itu terlalu gede rasa. Baru saja menjadi OKB (Orang Kaya Baru) sudah merasa melampaui Indonesia segalanya. Boleh kalah sama negeri lain termasuk tetangga terdekatnya Singapura, tetapi Malaysia tak boleh kalah sama Indonesia untuk segalanya.
Namun pada sisi lain, mereka boleh jadi sebenarnya merasa rendah diri juga sama Indonesia. Maklum semenanjung Malaysia Barat dan Malaysia Timur jaman dulu adalah termasuk dalam kekuasaan kerajaan Majapahit. Kekuasaan Majapahit sangat luas sampai meliputi Kawasan Hujung Medini yakni: Pahang, Langkasuka, Saimwang, Kelantan, Trengganu, Johor, Paka, Muar, Dungun, Tumasik (Singapura sekarang), Kelang, Kedah, Jerai, Kanjapiniran dan juga Malano yang meliputi Serawak (Malaysia Timur sekarang), Mindanao dan Tawao (Slamet Mulyana, “Pupuh XIII, XIV, dan XV dari kitab Nagarakretagama, Majapahit”, Jakarta 1979: 279-280). Di samping itu, Nagarakretagama menginformasikan negara-negara yang bukan “jajahan” Majapahit tetapi sahabat Majapahit yakni negeri-negeri Siam, Ayudyapura, Darma Nagari, Marutma, Rajapura, Singanagari, Campa, Kamboja dan Yawana (Pupuh XV, bait 1).
Susahnya, generasi baru Malaysia itu tahunya Indonesia adalah yang ada urusannya dengan masalah ecek-ecek. Yakni tak jauh dari urusan pembantu rumah tangga; tukang masak, tukang nyuapin makan dan mandiin anak-anak Melayu; tukang pembersih lantai dan toilet di gedung perkantoran; tukang kebun kelapa sawit; pekerja kasar industri konstruksi dan sebagainya. Bahkan penyeluk (copet), rampok, penjual dadah (narkoba) dan pelaku kejahatan lainnya dituduhkan semuanya sebagai kerjaan orang Indon (begitu mereka menyebut Indonesia). Pokoknya dalam mindset mereka, Indonesia ini negara kelas dua.
Generasi baru Malaysia itu tidak tahu atau sengaja pura-pura tidak tahu, bahwa sejak tahun 1968, orang tua mereka yang sekarang menduduki jabatan menteri, pejabat tinggi kerajaan, pengusaha, para akademisi universiti-universi ti di Malaysia banyak belajar ke Indonesia; ke ITB, UI, UGM, Unpad, IKIP, IAIN. Bahkan mahasiswa Malaysia pun sekarang banyak belajar terutama di Fakultas Kedokteran dan Fakultas Farmasi di universitas- universitas di Indonesia, dengan prestasi yang biasa-biasa saja. Mereka tutup mata bahwa, Indonesia adalah negara dengan penduduk 240 juta orang adalah negara demokrasi terbesar ketiga di dunia setelah India dan Amerika Serikat. Indonesia adalah negara yang memiliki kebebasan pers yang sama dengan di Amerika Serikat, kecuali tak boleh menerbitkan dan memperdagangkan majalah pornografi dan tidak boleh memproduksi, memperdagangkan dan menyiarkan film pornografi. Mereka pura-pura nggak dengar, bahwa Indonesia ini 1 dari 4 negara di Asia yang bersama Cina, India dan Korea Selatan masuk G-20 Dunia.
Indonesia adalah anomali bagi negara-negara maju produsen barang mewah, pesawat jet dan helikopter pribadi, high-end car, barang-barang elektronik super mewah, hig-end consumer goods, apartemen super mewah, jasa kesehatan kelas VVIP, event dan jasa olahraga golf dan lain-lain. Mengapa? Karena Indonesia adalah konsumen terbesar mereka. Karena penduduknya banyak, para orang kaya Indonesia tarohlah jumlahnya 10%-nya saja ini berarti hampir 25 juta orang. Itu sama saja dengan seluruh jumlah penduduk Malaysia itu sendiri, baik yang kayanya maupun yang miskinnya. Atau jumlah orang kaya Indonesia itu sama juga dengan seluruh penduduk benua Australia. Atau jumlah orang kaya Indonesia itu juga sama dengan lima kali penduduk seluruh Singapura. Mayoritas yang menaruh uang di bank-bank Singapura adalah orang Indonesia juga, baik koruptor yang kabur tapi dilindungi Singapura maupun uang US dollar deposito oknum pejabat tinggi negara. Yang beli apartemen di kawasan elite Kuala Lumpur, Singapura, Melbourne, Sydney dan Perth itu mayoritas orang kaya Indonesia. Yang berobat ke hospital di Penang, Kuala Lumpur dan Singapura itu mayoritas orang kaya Indonesia pula. Pokoknya, Indonesia ini tak ada matinye!!!
Masalahnya karena size Indonesia adalah besar. Maka problema yang dihadapi Indonesia adalah sangat kompleks. Sangat berbeda jauh dengan problema yang dihadapi Malaysia, yang penduduknya saja cuma 23 juta orang, yakni sama saja dengan jumlah penduduk Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Yang dihadapi Indonesia adalah harus memerangi KKN (Korupsi-Kolusi- Nepotisme) yang luar biasa rusak dan zalimnya diwariskan oleh rejim Soeharto, termasuk larinya uang BLBI senilai lebih dari Rp. 700 triliun entah kemana. Indonesia harus melawan kemiskinan dan kesehatan yang jelek karena utang yang dibuat oleh rejim Soeharto melebihi US$ 100 milyar. Indonesia harus melawan kebodohan karena mewariskan dana pendidikan yang sangat kecil oleh rejim Soeharto. Indonesia itu harus berjuang berat melawan Multinational Corporation (MNC) yang telah mengeksploitasi sumberdaya alam Indonesia secara biadab. Sehingga lingkungan rusak berat, karena mereka seolah merasa telah memiliki legalitas kuat dari “Contract of Works” yang dibuat oleh rejim Soeharto.
Oleh karena itu, awal dari segala awal kita bekerja membangun Indonesa yang besar dalam kenyataanya adalah kita harus dukung KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). KPK sebuah komisi independen yang masih dipercaya Rakyat Indonesia untuk memberantas KKN, sekaligus memberikan efek terhadap pencegahan KKN. Sehingga diharapkan HUKUM benar-benar dapat ditegakkan, dijalankan dengan adil dan efektif. Ini akan berefek terhadap semakin perlunya Birokrasi Pemerintahan direformasi total. Dana PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN yang mulai meningkat harus diawasi agar penggunaannya tepat sasaran dan efektif. Dana KESEHATAN melalui Jamkesmas dan Jaminan Sosial harus ditingkatkan agar rakyat tak mampu, akan mendapatkan haknya berobat gratis berdasarkan konstitusi. Sehingga secara jangka panjang sumberdaya manusia Indonesia menjadi sehat dan pintar. Infra-struktur harus dibangun agar proses produksi dan arus barang lancar, sehingga ekonomi menggeliat. Belanja barang Pemerintah harus semakin diarahkan untuk sebanyak mungkin DIBELANJAKAN UNTUK PRODUK INDUSTRI BUATAN INDONESIA SENDIRI, karena sumberdaya manusia Indonesia juga sudah menguasai teknologi sendiri. Dan ini akan menggerakkan ekonomi para WIRAUSAHA SEJATI Indonesia sendiri, yang membuka kesempatan kerja yang seluas-luasnya, yang membuat rakyat Indonesia bermartabat karena memiliki pekerjaan yang dapat menghidupi sanak keluarganya. Dan Wirausaha Sejati ini akan menggelinding populasinya untuk menjadi agen perubahan. Dunia perbankan harus dibangun berdasarkan kemampuan menjaga kepercayaan nasabah dan memberikan dukungan konstruktif dengan tingkat suku bunga yang relatif rendah bagi para wirausaha nasional. Dengan demikian Indonesia secara bertahap akan mengurangi ketergantungan terhadap sumber-sumber keuangan negara asing atau sumber-sumber keuangan rente tinggi.
Termasuk tentunya belanja alutsista bagi TNI dan Polri harus sebagian besar hasil produk buatan Indonesia sendiri, yang dibuat di pusat industri-industri strategis. Sehingga secara bertahap Indonesia memiliki alutsista yang memadai yang memiliki efek deteren atau kemampuan menggetarkan musuh-musuh kita. Yang mampu mengawasi perairan Indonesia yang terluas di dunia yang sangat kaya sumberdaya hayati yang terbarukan dan sangat kaya pula sumberdaya alam tak terbarukan seperti minyak, gas dan mineral lainnya. Dengan Indonesia memiliki kekuatan alutsista yang kuat, negara asing akan mengurungkan niatnya untuk melakukan kejahatan di seluruh wilayah darat dan perairan Indonesia.
Siap Perang Melawan Malaysia
Dari segi sumberdaya manusia, Malaysia itu jelas kalah jumlah yang pintarnya sama orang Indonesia. Indonesia itu kaya akan talenta anak mudanya yang memenangi begitu banyak kejohanan level dunia di bidang sains, teknologi dan seni budaya. Sedangkan Malaysia mana? Malaysia hanya penggembira saja. Apalagi para cendekiawan Malaysia sangat kasihan karena tak memiliki kebebasan berekspresi, mereka takut ditangkap dan dipenjarakan tanpa melalui proses pengadilan oleh Pemerintah Kerajaan Malaysia berdasarkan ISA (Internal Security Act).
Semua universiti Malaysia yang dinilai oleh the TIMES Higher Education QS (Inggris) maupun Webometrics (Spanyol) dan lembaga pemeringkat internasional lainnya pada tahun 2009 ini, “apple to apple: kalah sama ITB, UI, UGM. Padahal dana pendidikan mereka 10 kali jauh lebih besar dari Indonesia. Sejak tahun 1968, mereka yang sekarang menduduki jabatan menteri dan pejabat tinggi kerajaan Malaysia adalah banyak belajar ke Indonesia; ke ITB, UI, UGM, Unpad, IKIP, IAIN. Mahasiswa Malaysia pun sekarang banyak belajar terutama di Fakultas Kedokteran dan Fakultas Farmasi di universitas- universitas di Indonesia, dengan prestasi yang biasa-biasa saja.
Untuk alutsista, Malaysia merupakan konsumen CN 235 buatan PT. DI, Bandung dengan memiliki 8 pesawat. Yakni CN235 MPA (Maritime Patrol Aircraft) atau versi Militer sebanyak 4 buah, CN235 versi Navigation Trainer 2 buah dan CN235 versi VIP 2 buah. Jumlah seluruh CN 235 Malaysia adalah sama dengan jumlah pesawat CN 235 yang dimiliki oleh TNI AU.
Namun Malaysia masih berkeinginan untuk membeli 6 buah lagi CN 235 MPA, kata Menteri Pertahanan Malaysia Dato Seri Ahmad Zahid bin Hamidi ketika berkunjung ke PT. DI Bandung akhir Juni 2009 lalu. (Seputar Indonesia, 12 Juli 2009, halaman 11). Menteri Pertahanan Malaysia ini juga berminat membeli kendaraan Panser 6×6 yang bermutu tinggi buatan PT. Pindad, Bandung.
Sekarang Malaysia kaya, ya boleh-boleh saja belanja sebanyak-banyaknya alutsista mereka dari Amerika Serikat, Rusia dan lain-lain termasuk dari Indonesia. Tetapi Malaysia semuanya mengimpor, tak mampu membuat alutsista sendiri. Jadi nantinya Malaysia akan memiliki ketergantungan secara teknologi. Sedangkan Indonesia sudah memiliki infrastruktur industri pesawat terbang dan industri-industri strategis lainnya, sehingga bila dana sudah tersedia tinggal mengembangkan skala industrinya saja. Karena Indonesia sudah memiliki kemampuan tinggi yang berjenjang dari cara pencapaian sebelumnya, maka tidak akan terlalu sulit bagi Indonesa untuk membuat berskuadron- skuadron pesawat teknologi madya maupun pesawat berteknologi tinggi sekelas jet, minimal sekelas N250 dibuat di PT. DI.
Malaysia ngebet ingin membeli 6 buah lagi CN 235 MPA, karena pesawat buatan PT.DI ini adalah terbaik di kelasnya di dunia. Inovasi 40 insinyur PT. DI adalah mampu menambah persenjataan lengkap seperti rudal dan teknologi radar yang dapat mendeteksi dan melumpuhkan kapal selam. Jadi kalau TNI mengawal Ambalat cukup ditambah satu saja CN235 MPA versi militer ini (disamping armada TNI AL dan pasukan Marinir yang ada) untuk mengusir kapal selam dan kapal perang Malaysia lainnya.
Tak mengherankan bila Korea Selatan merupakan pembeli dan pemakai CN 235 MPA atau versi militer. Korea Selatan membayarnya sebagian dengan kapal-kapal patroli cepat dan sebagian besar dengan cash. Korea Selatan memiliki CN 235 MPA 6 buah dan CN 235 versi VIP 2 buah. Bahkan sekarang PT. DI sedang menyelesaikan 8 buah pesawat pesanan CN 235 MPA dari Korean Coast Guard! Turki memakai pesawat CN 235 untuk pesawat VVIP Pemerintah Turki dan CN 235 MPA untuk keperluan patroli pantai. Uni Arab Emirat memiliki CN 235 versi Militer 6 buah dilengkapi dengan Night Vision Google. Pakistan memiliki CN235 MPA sebanyak 6 buah. Thailand memakai 2 buah CN 235 versi Rain Making untuk keperluan pertanian. Burkina Faso dan Brunei Darrusalam masing-masing memiliki satu buah CN235 MPA. Bahkan negara adidaya Amerika Serikat memilih CN235 sebagai pesawat pilihan bagi US Coast Guard untuk menjaga perairan AS, dimana pembeliannya dari EADS disertai kerjasama produksi di AS.
Pembeli dari Indonesia sendiri, disamping TNI yang memang telah lama membeli dan memakainya adalah kalangan swasta nasional. Konglomerat pemilik Artha Graha Group, Tommy Winata baru saja membeli masing-masing satu unit NC 212 dan NAS 332. Sekarang PT. DI sedang mengerjakan pesanan TNI-AU sebanyak 3 buah helikopter Super Puma. Dalam waktu dekat ini BP Migas juga sudah berniat membeli Produk PT DI ini.
Roket RX-420, Kapal Selam dan Fregat
Roket RX-420 yang telah diluncurkan Lapan, Indonesia awal Juli 2009 lalu menggetarkan Australia, Singapura, Brunei Darussalam dan Malaysia (Tribun Batam, 2 Juli 2009 atau bisa dilihat juga di http://www.tribunba tam.co.id). Harian “The Straits Time” (Singapore) dan “The Sydney Morning Herald” (Australia), dan media Brunei Darussalam memuat cukup panjang lebar tentang berita peluncuran roket RX-420 Lapan, Indonesia ini.
Seperti diketahui roket RX-420 ini menggunakan propelan yang dapat memberikan daya dorong lebih besar sehingga mencapai 4 kali kecepatan suara. Hal itu membuat daya jelajahnya mencapai 100 km. Bahkan bisa mencapai 190 km bila struktur roket bisa dibuat lebih ringan. Yang punya nilai tambah tinggi ini adalah 100% hasil karya anak bangsa, para insinyur Indonesia. Begitu pula semua komponen roket-roket balistik dan kendali dikembangkan sendiri di dalam negeri, termasuk software. Hanya komponen subsistem mikroprosesor yang masih diimpor.
Mengapa malah menjadi buah bibir di Australia, Singapura, Brunei Darussalan dan Malaysia? Karena keberhasilan peluncuran roket Indonesia ini ke depan akan membawa Indonesia mampu mendorong dan mengantarkan satelit Indonesia bernama Nano Satellite sejauh 3.600 km ke angkasa. Satelit Indonesia ini nanti akan berada pada ketinggian 300 km dan kecepatan 7,8 km per detik. Bila ini terlaksana Indonesia akan menjadi negara yang bisa menerbangkan satelit sendiri dengan produk buatan sendiri. Indonesia dengan demikian akan masuk exclusive member “Asian Satellite Club” bersama Cina, Korea Utara, Jepang, India dan Iran.
Kekhawatiran Australia, Singapura dan Malaysia ini masuk akal, bukan? Kalau saja Indonesia mampu mendorong satelit sampai 3.600 km untuk keperluan damai atau keperluan macam-macam tergantung kesepakatan rakyat Indonesia saja. Maka otomatis pekerjaan ecek-ecek bagi Indonesia untuk mampu meluncurkan roket sejauh 190 km sampai 350 km untuk keperluan militer, bakal sangat mengancam mereka sekarang ini pun juga!!! Kalau tempat peluncurannya ditempatkan di Batam atau Bintan, maka Singapura dan Malaysia Barat sudah gemetaran bakal kena roket Indonesia. Dan kalau ditempatkan di sepanjang perbatasan Kalimantan Indonesia dengan Malaysia Timur, maka si OKB Malaysia tak akan pernah berpikir ngerampok Ambalat. Akan hal Australia, mereka ada rasa takutnya juga. Bahwa mitos ada musuh dari Utara yakni Indonesia itu, memang bukan sekedar mitos tetapi sungguh ancaman nyata di masa depan dekat.
Asalkan pemerintah mendukung sepenuhnya masalah pendanaannya. Para insinyur-insinyur PT. PAL, Surabaya telah memiliki kemampuan untuk membuat kapal jenis Fregat bertonase besar bahkan juga Kapal Selam.
Nah, jangan terlalu mengecilkan Indonesia kalau sudah berkaitan dengan negara asing. Walau bagaimanapun Indonesia adalah negara yang kita cintai, yang harus kita bangun bersama. Indonesia itu memiliki tradisi besar sebagai Bangsa Pejuang. Kita sebagai Rakyat dianjurkan bahkan diwajibkan untuk berkontribusi bagi kemajuan Indonesia berdasarkan perannya masing-masing. Kita boleh mengkritik habis Indonesia tetapi secara konstruktif dan bertanggung- jawab, sehingga bermanfaat bagi kemajuan Indonesia. Tetapi sekali kalau sudah ada kepentingan asing bermain disini, kita semua total harus memiliki keberpihakan yakni membela bangsa Indonesia. (sumber: calakan.myblogrepublika.com)
Tragedi bom di Jakarta dimanfaatkan betul oleh Malaysia untuk public relations di mata Dunia. Dari soal klaim kesuksesan mereka menjadi tuan rumah Manchester United (MU) karena “Malaysia is the Truly Asia”. Dan tentu saja sambil meledek Indonesia: ”Malaysia Tewas dengan MU 2-3. Tak apa kalau kalah bermaruah. Tak seperti di Indon tewas 9 orang including 4 foreigner”.
Malaysia itu terlalu gede rasa. Baru saja menjadi OKB (Orang Kaya Baru) sudah merasa melampaui Indonesia segalanya. Boleh kalah sama negeri lain termasuk tetangga terdekatnya Singapura, tetapi Malaysia tak boleh kalah sama Indonesia untuk segalanya.
Namun pada sisi lain, mereka boleh jadi sebenarnya merasa rendah diri juga sama Indonesia. Maklum semenanjung Malaysia Barat dan Malaysia Timur jaman dulu adalah termasuk dalam kekuasaan kerajaan Majapahit. Kekuasaan Majapahit sangat luas sampai meliputi Kawasan Hujung Medini yakni: Pahang, Langkasuka, Saimwang, Kelantan, Trengganu, Johor, Paka, Muar, Dungun, Tumasik (Singapura sekarang), Kelang, Kedah, Jerai, Kanjapiniran dan juga Malano yang meliputi Serawak (Malaysia Timur sekarang), Mindanao dan Tawao (Slamet Mulyana, “Pupuh XIII, XIV, dan XV dari kitab Nagarakretagama, Majapahit”, Jakarta 1979: 279-280). Di samping itu, Nagarakretagama menginformasikan negara-negara yang bukan “jajahan” Majapahit tetapi sahabat Majapahit yakni negeri-negeri Siam, Ayudyapura, Darma Nagari, Marutma, Rajapura, Singanagari, Campa, Kamboja dan Yawana (Pupuh XV, bait 1).
Susahnya, generasi baru Malaysia itu tahunya Indonesia adalah yang ada urusannya dengan masalah ecek-ecek. Yakni tak jauh dari urusan pembantu rumah tangga; tukang masak, tukang nyuapin makan dan mandiin anak-anak Melayu; tukang pembersih lantai dan toilet di gedung perkantoran; tukang kebun kelapa sawit; pekerja kasar industri konstruksi dan sebagainya. Bahkan penyeluk (copet), rampok, penjual dadah (narkoba) dan pelaku kejahatan lainnya dituduhkan semuanya sebagai kerjaan orang Indon (begitu mereka menyebut Indonesia). Pokoknya dalam mindset mereka, Indonesia ini negara kelas dua.
Generasi baru Malaysia itu tidak tahu atau sengaja pura-pura tidak tahu, bahwa sejak tahun 1968, orang tua mereka yang sekarang menduduki jabatan menteri, pejabat tinggi kerajaan, pengusaha, para akademisi universiti-universi ti di Malaysia banyak belajar ke Indonesia; ke ITB, UI, UGM, Unpad, IKIP, IAIN. Bahkan mahasiswa Malaysia pun sekarang banyak belajar terutama di Fakultas Kedokteran dan Fakultas Farmasi di universitas- universitas di Indonesia, dengan prestasi yang biasa-biasa saja. Mereka tutup mata bahwa, Indonesia adalah negara dengan penduduk 240 juta orang adalah negara demokrasi terbesar ketiga di dunia setelah India dan Amerika Serikat. Indonesia adalah negara yang memiliki kebebasan pers yang sama dengan di Amerika Serikat, kecuali tak boleh menerbitkan dan memperdagangkan majalah pornografi dan tidak boleh memproduksi, memperdagangkan dan menyiarkan film pornografi. Mereka pura-pura nggak dengar, bahwa Indonesia ini 1 dari 4 negara di Asia yang bersama Cina, India dan Korea Selatan masuk G-20 Dunia.
Indonesia adalah anomali bagi negara-negara maju produsen barang mewah, pesawat jet dan helikopter pribadi, high-end car, barang-barang elektronik super mewah, hig-end consumer goods, apartemen super mewah, jasa kesehatan kelas VVIP, event dan jasa olahraga golf dan lain-lain. Mengapa? Karena Indonesia adalah konsumen terbesar mereka. Karena penduduknya banyak, para orang kaya Indonesia tarohlah jumlahnya 10%-nya saja ini berarti hampir 25 juta orang. Itu sama saja dengan seluruh jumlah penduduk Malaysia itu sendiri, baik yang kayanya maupun yang miskinnya. Atau jumlah orang kaya Indonesia itu sama juga dengan seluruh penduduk benua Australia. Atau jumlah orang kaya Indonesia itu juga sama dengan lima kali penduduk seluruh Singapura. Mayoritas yang menaruh uang di bank-bank Singapura adalah orang Indonesia juga, baik koruptor yang kabur tapi dilindungi Singapura maupun uang US dollar deposito oknum pejabat tinggi negara. Yang beli apartemen di kawasan elite Kuala Lumpur, Singapura, Melbourne, Sydney dan Perth itu mayoritas orang kaya Indonesia. Yang berobat ke hospital di Penang, Kuala Lumpur dan Singapura itu mayoritas orang kaya Indonesia pula. Pokoknya, Indonesia ini tak ada matinye!!!
Masalahnya karena size Indonesia adalah besar. Maka problema yang dihadapi Indonesia adalah sangat kompleks. Sangat berbeda jauh dengan problema yang dihadapi Malaysia, yang penduduknya saja cuma 23 juta orang, yakni sama saja dengan jumlah penduduk Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Yang dihadapi Indonesia adalah harus memerangi KKN (Korupsi-Kolusi- Nepotisme) yang luar biasa rusak dan zalimnya diwariskan oleh rejim Soeharto, termasuk larinya uang BLBI senilai lebih dari Rp. 700 triliun entah kemana. Indonesia harus melawan kemiskinan dan kesehatan yang jelek karena utang yang dibuat oleh rejim Soeharto melebihi US$ 100 milyar. Indonesia harus melawan kebodohan karena mewariskan dana pendidikan yang sangat kecil oleh rejim Soeharto. Indonesia itu harus berjuang berat melawan Multinational Corporation (MNC) yang telah mengeksploitasi sumberdaya alam Indonesia secara biadab. Sehingga lingkungan rusak berat, karena mereka seolah merasa telah memiliki legalitas kuat dari “Contract of Works” yang dibuat oleh rejim Soeharto.
Oleh karena itu, awal dari segala awal kita bekerja membangun Indonesa yang besar dalam kenyataanya adalah kita harus dukung KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). KPK sebuah komisi independen yang masih dipercaya Rakyat Indonesia untuk memberantas KKN, sekaligus memberikan efek terhadap pencegahan KKN. Sehingga diharapkan HUKUM benar-benar dapat ditegakkan, dijalankan dengan adil dan efektif. Ini akan berefek terhadap semakin perlunya Birokrasi Pemerintahan direformasi total. Dana PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN yang mulai meningkat harus diawasi agar penggunaannya tepat sasaran dan efektif. Dana KESEHATAN melalui Jamkesmas dan Jaminan Sosial harus ditingkatkan agar rakyat tak mampu, akan mendapatkan haknya berobat gratis berdasarkan konstitusi. Sehingga secara jangka panjang sumberdaya manusia Indonesia menjadi sehat dan pintar. Infra-struktur harus dibangun agar proses produksi dan arus barang lancar, sehingga ekonomi menggeliat. Belanja barang Pemerintah harus semakin diarahkan untuk sebanyak mungkin DIBELANJAKAN UNTUK PRODUK INDUSTRI BUATAN INDONESIA SENDIRI, karena sumberdaya manusia Indonesia juga sudah menguasai teknologi sendiri. Dan ini akan menggerakkan ekonomi para WIRAUSAHA SEJATI Indonesia sendiri, yang membuka kesempatan kerja yang seluas-luasnya, yang membuat rakyat Indonesia bermartabat karena memiliki pekerjaan yang dapat menghidupi sanak keluarganya. Dan Wirausaha Sejati ini akan menggelinding populasinya untuk menjadi agen perubahan. Dunia perbankan harus dibangun berdasarkan kemampuan menjaga kepercayaan nasabah dan memberikan dukungan konstruktif dengan tingkat suku bunga yang relatif rendah bagi para wirausaha nasional. Dengan demikian Indonesia secara bertahap akan mengurangi ketergantungan terhadap sumber-sumber keuangan negara asing atau sumber-sumber keuangan rente tinggi.
Termasuk tentunya belanja alutsista bagi TNI dan Polri harus sebagian besar hasil produk buatan Indonesia sendiri, yang dibuat di pusat industri-industri strategis. Sehingga secara bertahap Indonesia memiliki alutsista yang memadai yang memiliki efek deteren atau kemampuan menggetarkan musuh-musuh kita. Yang mampu mengawasi perairan Indonesia yang terluas di dunia yang sangat kaya sumberdaya hayati yang terbarukan dan sangat kaya pula sumberdaya alam tak terbarukan seperti minyak, gas dan mineral lainnya. Dengan Indonesia memiliki kekuatan alutsista yang kuat, negara asing akan mengurungkan niatnya untuk melakukan kejahatan di seluruh wilayah darat dan perairan Indonesia.
Siap Perang Melawan Malaysia
Dari segi sumberdaya manusia, Malaysia itu jelas kalah jumlah yang pintarnya sama orang Indonesia. Indonesia itu kaya akan talenta anak mudanya yang memenangi begitu banyak kejohanan level dunia di bidang sains, teknologi dan seni budaya. Sedangkan Malaysia mana? Malaysia hanya penggembira saja. Apalagi para cendekiawan Malaysia sangat kasihan karena tak memiliki kebebasan berekspresi, mereka takut ditangkap dan dipenjarakan tanpa melalui proses pengadilan oleh Pemerintah Kerajaan Malaysia berdasarkan ISA (Internal Security Act).
Semua universiti Malaysia yang dinilai oleh the TIMES Higher Education QS (Inggris) maupun Webometrics (Spanyol) dan lembaga pemeringkat internasional lainnya pada tahun 2009 ini, “apple to apple: kalah sama ITB, UI, UGM. Padahal dana pendidikan mereka 10 kali jauh lebih besar dari Indonesia. Sejak tahun 1968, mereka yang sekarang menduduki jabatan menteri dan pejabat tinggi kerajaan Malaysia adalah banyak belajar ke Indonesia; ke ITB, UI, UGM, Unpad, IKIP, IAIN. Mahasiswa Malaysia pun sekarang banyak belajar terutama di Fakultas Kedokteran dan Fakultas Farmasi di universitas- universitas di Indonesia, dengan prestasi yang biasa-biasa saja.
Untuk alutsista, Malaysia merupakan konsumen CN 235 buatan PT. DI, Bandung dengan memiliki 8 pesawat. Yakni CN235 MPA (Maritime Patrol Aircraft) atau versi Militer sebanyak 4 buah, CN235 versi Navigation Trainer 2 buah dan CN235 versi VIP 2 buah. Jumlah seluruh CN 235 Malaysia adalah sama dengan jumlah pesawat CN 235 yang dimiliki oleh TNI AU.
Namun Malaysia masih berkeinginan untuk membeli 6 buah lagi CN 235 MPA, kata Menteri Pertahanan Malaysia Dato Seri Ahmad Zahid bin Hamidi ketika berkunjung ke PT. DI Bandung akhir Juni 2009 lalu. (Seputar Indonesia, 12 Juli 2009, halaman 11). Menteri Pertahanan Malaysia ini juga berminat membeli kendaraan Panser 6×6 yang bermutu tinggi buatan PT. Pindad, Bandung.
Sekarang Malaysia kaya, ya boleh-boleh saja belanja sebanyak-banyaknya alutsista mereka dari Amerika Serikat, Rusia dan lain-lain termasuk dari Indonesia. Tetapi Malaysia semuanya mengimpor, tak mampu membuat alutsista sendiri. Jadi nantinya Malaysia akan memiliki ketergantungan secara teknologi. Sedangkan Indonesia sudah memiliki infrastruktur industri pesawat terbang dan industri-industri strategis lainnya, sehingga bila dana sudah tersedia tinggal mengembangkan skala industrinya saja. Karena Indonesia sudah memiliki kemampuan tinggi yang berjenjang dari cara pencapaian sebelumnya, maka tidak akan terlalu sulit bagi Indonesa untuk membuat berskuadron- skuadron pesawat teknologi madya maupun pesawat berteknologi tinggi sekelas jet, minimal sekelas N250 dibuat di PT. DI.
Malaysia ngebet ingin membeli 6 buah lagi CN 235 MPA, karena pesawat buatan PT.DI ini adalah terbaik di kelasnya di dunia. Inovasi 40 insinyur PT. DI adalah mampu menambah persenjataan lengkap seperti rudal dan teknologi radar yang dapat mendeteksi dan melumpuhkan kapal selam. Jadi kalau TNI mengawal Ambalat cukup ditambah satu saja CN235 MPA versi militer ini (disamping armada TNI AL dan pasukan Marinir yang ada) untuk mengusir kapal selam dan kapal perang Malaysia lainnya.
Tak mengherankan bila Korea Selatan merupakan pembeli dan pemakai CN 235 MPA atau versi militer. Korea Selatan membayarnya sebagian dengan kapal-kapal patroli cepat dan sebagian besar dengan cash. Korea Selatan memiliki CN 235 MPA 6 buah dan CN 235 versi VIP 2 buah. Bahkan sekarang PT. DI sedang menyelesaikan 8 buah pesawat pesanan CN 235 MPA dari Korean Coast Guard! Turki memakai pesawat CN 235 untuk pesawat VVIP Pemerintah Turki dan CN 235 MPA untuk keperluan patroli pantai. Uni Arab Emirat memiliki CN 235 versi Militer 6 buah dilengkapi dengan Night Vision Google. Pakistan memiliki CN235 MPA sebanyak 6 buah. Thailand memakai 2 buah CN 235 versi Rain Making untuk keperluan pertanian. Burkina Faso dan Brunei Darrusalam masing-masing memiliki satu buah CN235 MPA. Bahkan negara adidaya Amerika Serikat memilih CN235 sebagai pesawat pilihan bagi US Coast Guard untuk menjaga perairan AS, dimana pembeliannya dari EADS disertai kerjasama produksi di AS.
Pembeli dari Indonesia sendiri, disamping TNI yang memang telah lama membeli dan memakainya adalah kalangan swasta nasional. Konglomerat pemilik Artha Graha Group, Tommy Winata baru saja membeli masing-masing satu unit NC 212 dan NAS 332. Sekarang PT. DI sedang mengerjakan pesanan TNI-AU sebanyak 3 buah helikopter Super Puma. Dalam waktu dekat ini BP Migas juga sudah berniat membeli Produk PT DI ini.
Roket RX-420, Kapal Selam dan Fregat
Roket RX-420 yang telah diluncurkan Lapan, Indonesia awal Juli 2009 lalu menggetarkan Australia, Singapura, Brunei Darussalam dan Malaysia (Tribun Batam, 2 Juli 2009 atau bisa dilihat juga di http://www.tribunba tam.co.id). Harian “The Straits Time” (Singapore) dan “The Sydney Morning Herald” (Australia), dan media Brunei Darussalam memuat cukup panjang lebar tentang berita peluncuran roket RX-420 Lapan, Indonesia ini.
Seperti diketahui roket RX-420 ini menggunakan propelan yang dapat memberikan daya dorong lebih besar sehingga mencapai 4 kali kecepatan suara. Hal itu membuat daya jelajahnya mencapai 100 km. Bahkan bisa mencapai 190 km bila struktur roket bisa dibuat lebih ringan. Yang punya nilai tambah tinggi ini adalah 100% hasil karya anak bangsa, para insinyur Indonesia. Begitu pula semua komponen roket-roket balistik dan kendali dikembangkan sendiri di dalam negeri, termasuk software. Hanya komponen subsistem mikroprosesor yang masih diimpor.
Mengapa malah menjadi buah bibir di Australia, Singapura, Brunei Darussalan dan Malaysia? Karena keberhasilan peluncuran roket Indonesia ini ke depan akan membawa Indonesia mampu mendorong dan mengantarkan satelit Indonesia bernama Nano Satellite sejauh 3.600 km ke angkasa. Satelit Indonesia ini nanti akan berada pada ketinggian 300 km dan kecepatan 7,8 km per detik. Bila ini terlaksana Indonesia akan menjadi negara yang bisa menerbangkan satelit sendiri dengan produk buatan sendiri. Indonesia dengan demikian akan masuk exclusive member “Asian Satellite Club” bersama Cina, Korea Utara, Jepang, India dan Iran.
Kekhawatiran Australia, Singapura dan Malaysia ini masuk akal, bukan? Kalau saja Indonesia mampu mendorong satelit sampai 3.600 km untuk keperluan damai atau keperluan macam-macam tergantung kesepakatan rakyat Indonesia saja. Maka otomatis pekerjaan ecek-ecek bagi Indonesia untuk mampu meluncurkan roket sejauh 190 km sampai 350 km untuk keperluan militer, bakal sangat mengancam mereka sekarang ini pun juga!!! Kalau tempat peluncurannya ditempatkan di Batam atau Bintan, maka Singapura dan Malaysia Barat sudah gemetaran bakal kena roket Indonesia. Dan kalau ditempatkan di sepanjang perbatasan Kalimantan Indonesia dengan Malaysia Timur, maka si OKB Malaysia tak akan pernah berpikir ngerampok Ambalat. Akan hal Australia, mereka ada rasa takutnya juga. Bahwa mitos ada musuh dari Utara yakni Indonesia itu, memang bukan sekedar mitos tetapi sungguh ancaman nyata di masa depan dekat.
Asalkan pemerintah mendukung sepenuhnya masalah pendanaannya. Para insinyur-insinyur PT. PAL, Surabaya telah memiliki kemampuan untuk membuat kapal jenis Fregat bertonase besar bahkan juga Kapal Selam.
Nah, jangan terlalu mengecilkan Indonesia kalau sudah berkaitan dengan negara asing. Walau bagaimanapun Indonesia adalah negara yang kita cintai, yang harus kita bangun bersama. Indonesia itu memiliki tradisi besar sebagai Bangsa Pejuang. Kita sebagai Rakyat dianjurkan bahkan diwajibkan untuk berkontribusi bagi kemajuan Indonesia berdasarkan perannya masing-masing. Kita boleh mengkritik habis Indonesia tetapi secara konstruktif dan bertanggung- jawab, sehingga bermanfaat bagi kemajuan Indonesia. Tetapi sekali kalau sudah ada kepentingan asing bermain disini, kita semua total harus memiliki keberpihakan yakni membela bangsa Indonesia. (sumber: calakan.myblogrepublika.com)
Jumat, 24 Juli 2009
JI Organisasi Maya Buatan Malaysia dan Singapura
Puarman
Tue, 29 Oct 2002 20:59:35 -0800
Peneliti LIPI: JI Organisasi Maya Buatan Malaysia dan
Singapura
Reporter : Arifin Asydhad
detikcom - Jakarta, Nyanyian negara asing yang memunculkan
Jemaah Islamiyah (JI) sebagai organisasi teroris telah
membuat pemerintah Indonesia meyakini adanya JI. Tapi,
adakah sebenarnya JI? Peneliti LIPI Alfitra Salamm
menilai, JI hanyalah organisasi maya yang dibuat
pemerintah Malaysia dan Singapura.
Alfiitra Salamm merupakan peneliti LIPI yang telah lama
berkecimpung dalam penelitian persoalan Malaysia. Dia juga
pernah tinggal dan studi di Malaysia sejak tahun 1980-an
sampai 1990-an.
Saat berbincang-bincang dengan detikcom, Rabu
(30/10/2002), Alfitra yakin bahwa sebenarnya organisasi JI
tidak ada. “Sebenarnya Jemaah Islamiyah sebagai organisasi
tidak ada,” kata dia.
Menurut dia,a nama Jemaah Islamiyah belum lama
dimunculkan. Yang pertama kali memunculkan nama JI adalah
pemerintah Malaysia lewat media-media massa di Malaysia,
yang sebagian besar telah dikuasai pemerintah. “Dalam hal
ini, intelijen Malaysia yang ditujukan kepada
kelompok-kelompok pengakian Islam yang memiliki pemikiran
radikal,” jelasnya.
“Jadi, sebenarnya JI itu tidak ada. Yang ada
kelompok-kelompok pengajian di Johor, Kelantan, Kedah yang
memang di dalam publikasinya, antara lain menginginkan
didirikannya negara Islam, dan kampanye keadilan,”
tambahnya.
Dimunculkannya nama JI oleh intelijen Malaysia, menurut
Alfitra, tidak terlepas dari langkah Perdana Menteri
Malaysia Mahathir Mohammad yang menganggap kelompok Islam
radikal sebagai embrio lawan politik yang bisa
membahayakan pemerintahannya.
“Jadi, ini sebenarnya adalah organisasi yang dibuat
Malaysia untuk menghantam kelompok radikal Islam. Saya
melihat, ini adalah organisasi maya. Kalau sekarang Abu
Bakar Ba’asyir dinyatakan terlibat dan pendiri JI,
sebenarnya itu adalah keliru,” ungkapnya.
Alfitra mengakui, memang nama Ba’asyir dan almarhum
Abdullah Sungkar (keduanya pendiri pesantren Ngruki-Red),
serta Hambali sangat dikenal dalam pengajian di Johor dan
beberapa tempat lain di Malaysia. “Mereka aktif dalam
pengajian-pengajian itu,” ungkapnya.
Saat ditanya, jika JI buatan Malaysia, mengapa pemerintah
Singapura juga menggemborkan adanya JI di wilayahnya,
Alfitra menilai, ada semacam kesepakatan intelijen.
“Singapura juga menganggap Islam radikal bisa berpotensi
menjadi lawan politik. Saya kira itu ada kesepakatan
intelijen antara Malaysia dengan Singapura,” kata dia.
Sepengetahuan Alfitra, memang di Malaysia ada kelompok
mahasiswa yang pernah belajar ke Pakistan. “Sebagian
mereka ikut dalam perjuangan di Afganistan bersama
Mujahidin. Namun, setelah pulang ke Malaysia, mereka
berfikir radikal. Karena Mahathir menilai mereka bisa
menjadi lawan politik, maka disebutlah mereka dengan KMM
(Kumpulan Militan Malaysia). KMM ini juga sebenarnya
organisasi maya,” jelasnya.
Pemerintah Malaysia memang terus mengganyang orang-orang
berpikiran radikal yang dianggap bisa membahayakan
kekuasaannya. “Karena itulah orang yang pertama kali
ditangkap berkaitan gerakan radikal ini adalah anak
Presiden PAS (Partai Islam Malaysia yang menjadi oposisi
Mahathir). Namanya Nik Mad bin Nik Aziz. Nik Aziz ini
presiden PAS,” ungkap peneliti yang lulus dari Universiti
Kebangsaan Malaysia ini.
Dengan menjadikan JI sebagai teroris, menurut Alfitra,
Mahathir bisa menggunakan hal ini untuk kepentingan
politik domestiknya. “Dengan dijadikannya JI, Mahathir
bisa leluasa menggunakannya untuk kepentingan politik
domestik,” terangnya.
Ketika ditanya mengani hasil penyelidikan Polri terhadap
tahanan-tahanan yang disebut-sebut aktivis JI di Malaysia
dan Singapura yang mengaku adanya organisasi JI dan
keterlibatan Ba’asyir, Alfitra yakin, para tahanan itu
telah ditekan. “Saya kira mereka dicekoki, dipaksa. Mereka
dibrainstorming dululah,” ujarnya.
Lebih lanjut, Alfitra menilai, dengan ikut-ikutnya
Indonesia mendaftarkan JI sebagai teroris internasional,
maka bisa jadi hal ini akan merugikan bagi kedaulatan
Indonesia. “Ini bisa menjadi bumerang bagi pemerintah
Indonesia,” kata dia. Alfitra juga melihat, upaya
pendaftaran JI sebagai teroris ini juga sebagai warning
kepada tokoh-tokoh Islam di Indonesia yang antipemerintah
menjelang Pemilu.
Sumber: RantauNet.Com
____________________________________________________
Tue, 29 Oct 2002 20:59:35 -0800
Peneliti LIPI: JI Organisasi Maya Buatan Malaysia dan
Singapura
Reporter : Arifin Asydhad
detikcom - Jakarta, Nyanyian negara asing yang memunculkan
Jemaah Islamiyah (JI) sebagai organisasi teroris telah
membuat pemerintah Indonesia meyakini adanya JI. Tapi,
adakah sebenarnya JI? Peneliti LIPI Alfitra Salamm
menilai, JI hanyalah organisasi maya yang dibuat
pemerintah Malaysia dan Singapura.
Alfiitra Salamm merupakan peneliti LIPI yang telah lama
berkecimpung dalam penelitian persoalan Malaysia. Dia juga
pernah tinggal dan studi di Malaysia sejak tahun 1980-an
sampai 1990-an.
Saat berbincang-bincang dengan detikcom, Rabu
(30/10/2002), Alfitra yakin bahwa sebenarnya organisasi JI
tidak ada. “Sebenarnya Jemaah Islamiyah sebagai organisasi
tidak ada,” kata dia.
Menurut dia,a nama Jemaah Islamiyah belum lama
dimunculkan. Yang pertama kali memunculkan nama JI adalah
pemerintah Malaysia lewat media-media massa di Malaysia,
yang sebagian besar telah dikuasai pemerintah. “Dalam hal
ini, intelijen Malaysia yang ditujukan kepada
kelompok-kelompok pengakian Islam yang memiliki pemikiran
radikal,” jelasnya.
“Jadi, sebenarnya JI itu tidak ada. Yang ada
kelompok-kelompok pengajian di Johor, Kelantan, Kedah yang
memang di dalam publikasinya, antara lain menginginkan
didirikannya negara Islam, dan kampanye keadilan,”
tambahnya.
Dimunculkannya nama JI oleh intelijen Malaysia, menurut
Alfitra, tidak terlepas dari langkah Perdana Menteri
Malaysia Mahathir Mohammad yang menganggap kelompok Islam
radikal sebagai embrio lawan politik yang bisa
membahayakan pemerintahannya.
“Jadi, ini sebenarnya adalah organisasi yang dibuat
Malaysia untuk menghantam kelompok radikal Islam. Saya
melihat, ini adalah organisasi maya. Kalau sekarang Abu
Bakar Ba’asyir dinyatakan terlibat dan pendiri JI,
sebenarnya itu adalah keliru,” ungkapnya.
Alfitra mengakui, memang nama Ba’asyir dan almarhum
Abdullah Sungkar (keduanya pendiri pesantren Ngruki-Red),
serta Hambali sangat dikenal dalam pengajian di Johor dan
beberapa tempat lain di Malaysia. “Mereka aktif dalam
pengajian-pengajian itu,” ungkapnya.
Saat ditanya, jika JI buatan Malaysia, mengapa pemerintah
Singapura juga menggemborkan adanya JI di wilayahnya,
Alfitra menilai, ada semacam kesepakatan intelijen.
“Singapura juga menganggap Islam radikal bisa berpotensi
menjadi lawan politik. Saya kira itu ada kesepakatan
intelijen antara Malaysia dengan Singapura,” kata dia.
Sepengetahuan Alfitra, memang di Malaysia ada kelompok
mahasiswa yang pernah belajar ke Pakistan. “Sebagian
mereka ikut dalam perjuangan di Afganistan bersama
Mujahidin. Namun, setelah pulang ke Malaysia, mereka
berfikir radikal. Karena Mahathir menilai mereka bisa
menjadi lawan politik, maka disebutlah mereka dengan KMM
(Kumpulan Militan Malaysia). KMM ini juga sebenarnya
organisasi maya,” jelasnya.
Pemerintah Malaysia memang terus mengganyang orang-orang
berpikiran radikal yang dianggap bisa membahayakan
kekuasaannya. “Karena itulah orang yang pertama kali
ditangkap berkaitan gerakan radikal ini adalah anak
Presiden PAS (Partai Islam Malaysia yang menjadi oposisi
Mahathir). Namanya Nik Mad bin Nik Aziz. Nik Aziz ini
presiden PAS,” ungkap peneliti yang lulus dari Universiti
Kebangsaan Malaysia ini.
Dengan menjadikan JI sebagai teroris, menurut Alfitra,
Mahathir bisa menggunakan hal ini untuk kepentingan
politik domestiknya. “Dengan dijadikannya JI, Mahathir
bisa leluasa menggunakannya untuk kepentingan politik
domestik,” terangnya.
Ketika ditanya mengani hasil penyelidikan Polri terhadap
tahanan-tahanan yang disebut-sebut aktivis JI di Malaysia
dan Singapura yang mengaku adanya organisasi JI dan
keterlibatan Ba’asyir, Alfitra yakin, para tahanan itu
telah ditekan. “Saya kira mereka dicekoki, dipaksa. Mereka
dibrainstorming dululah,” ujarnya.
Lebih lanjut, Alfitra menilai, dengan ikut-ikutnya
Indonesia mendaftarkan JI sebagai teroris internasional,
maka bisa jadi hal ini akan merugikan bagi kedaulatan
Indonesia. “Ini bisa menjadi bumerang bagi pemerintah
Indonesia,” kata dia. Alfitra juga melihat, upaya
pendaftaran JI sebagai teroris ini juga sebagai warning
kepada tokoh-tokoh Islam di Indonesia yang antipemerintah
menjelang Pemilu.
Sumber: RantauNet.Com
____________________________________________________
Beredar Kabar Nurdin M Top Cs Adalah Intelijen Malaysia !!
Heboh di Internet kini dikatakan bahwa negara Malaysia secara sengaja menyelundupkan teroris ke Indonesia yang terbukti sejak paska reformasi menjadi momok sendiri soal peledakan bom di Indonesia.
Jelas kabar ini belum di ketahui secara pasti, karena isu ini beredar melalui Instant Messanger.
Dalam pesan yang diterima, Minggu (18/7) dini hari yang mulai beredar luas tersebut dikatakan bahwa para otak pelaku bom di BEJ, Bali 1-2 , JW Marriot 1-2, dan Ritz Carlton serta sejumlah ledakan bom di tempat lainnya adalah permainan intelijen pemerintah Malaysia yang secara sengaja dikirimkan ke Indonesia untuk menghancurkan negara RI dan menjatuhkan citra keamanan di Indonesia buruk.
Dalam aksinya kinerja para intelijen tersebut membuat sebuah jaringan yang dalam merekrut para anggotanya di Indonesia menggunakan kata JIHAD.
Soal tuduhan intelijen Malaysia tersebut cukup berlandaskan, bukti jika di telaah, Noordin M Top dan Dr. Azahari adalah warga asal Malaysia yang menjadi otak pelaku pemboman di Indonesia serta Zulkifli yang menjadi pembantu keduanya.
Dan dalam pesan Instant Messanger itu ketiga orang teroris tersebut merupakan intelijen Malaysia yang dekat dengan salah satu raja negara bagian.
Efek dari peledakan bom tersebut, salah satunya kini secara perlahan para wisman lebih sreg ke negeri yang dikatakan satu rumpun tersebut.(Fz/Int)
Sumber : Berita8.com Minggu 19 Juli 2009, 06.30
Jelas kabar ini belum di ketahui secara pasti, karena isu ini beredar melalui Instant Messanger.
Dalam pesan yang diterima, Minggu (18/7) dini hari yang mulai beredar luas tersebut dikatakan bahwa para otak pelaku bom di BEJ, Bali 1-2 , JW Marriot 1-2, dan Ritz Carlton serta sejumlah ledakan bom di tempat lainnya adalah permainan intelijen pemerintah Malaysia yang secara sengaja dikirimkan ke Indonesia untuk menghancurkan negara RI dan menjatuhkan citra keamanan di Indonesia buruk.
Dalam aksinya kinerja para intelijen tersebut membuat sebuah jaringan yang dalam merekrut para anggotanya di Indonesia menggunakan kata JIHAD.
Soal tuduhan intelijen Malaysia tersebut cukup berlandaskan, bukti jika di telaah, Noordin M Top dan Dr. Azahari adalah warga asal Malaysia yang menjadi otak pelaku pemboman di Indonesia serta Zulkifli yang menjadi pembantu keduanya.
Dan dalam pesan Instant Messanger itu ketiga orang teroris tersebut merupakan intelijen Malaysia yang dekat dengan salah satu raja negara bagian.
Efek dari peledakan bom tersebut, salah satunya kini secara perlahan para wisman lebih sreg ke negeri yang dikatakan satu rumpun tersebut.(Fz/Int)
Sumber : Berita8.com Minggu 19 Juli 2009, 06.30
Selasa, 31 Maret 2009
MALAYSIA HADAPI MASALAH RASIAL
Selama ini banyak orang menyangka bahwa Malaysia hanya berpenduduk muslim melayu, hal karena ini besarnya dominasi etnis tersebut dalam kehidupan bernegara di tetangga Indonesia yang masih berbentuk monarki tersebut.
Sebenarnya jumlah muslim melayu di Malaysia hanya sekitar 60 persen. Sisanya didominasi etnis Tionghoa dan India. Meningkatnya kebencian dan kejahatan rasial di negeri itu dapat mengancam kekokohan dan kemajuan ekonomi yang saat ini dicapai Malaysia.
Pada tahun 1969, Malaysia pernah mengalami kerusuhan berbau etnis dan agama yang menewaskan 196 orang. Sejak awal, isu ini menjadi isu sensitif di negara yang merebut Pulau Sipadan dan Ligitan dari Indonesia, serta pernah mencoba ”mengambil” perairan ambalat dari Indonesia dengan manuver kapal perangnya.
Jika Malaysia bisa mengendalikan sifat serakahnya dengan lebih bersahabat dengan Indonesia, mungkin Malaysia dapat menimba pengalaman Indonesia yang multi etnik dan multi agama. Akan tetapi, seiring dengan melemahnya ”kekuatan” Indonesia, Malaysia mulai bersikap angkuh dan meremehkan Indonesia yang dianggapnya kalah maju tersebut. Sikap ini tentu saja mengganggu hubungan serumpun dan sejiran yang sebenarnya dapat menjadi modal kedua bangsa untuk lebih kokoh dan lebih maju.
Sebenarnya jumlah muslim melayu di Malaysia hanya sekitar 60 persen. Sisanya didominasi etnis Tionghoa dan India. Meningkatnya kebencian dan kejahatan rasial di negeri itu dapat mengancam kekokohan dan kemajuan ekonomi yang saat ini dicapai Malaysia.
Pada tahun 1969, Malaysia pernah mengalami kerusuhan berbau etnis dan agama yang menewaskan 196 orang. Sejak awal, isu ini menjadi isu sensitif di negara yang merebut Pulau Sipadan dan Ligitan dari Indonesia, serta pernah mencoba ”mengambil” perairan ambalat dari Indonesia dengan manuver kapal perangnya.
Jika Malaysia bisa mengendalikan sifat serakahnya dengan lebih bersahabat dengan Indonesia, mungkin Malaysia dapat menimba pengalaman Indonesia yang multi etnik dan multi agama. Akan tetapi, seiring dengan melemahnya ”kekuatan” Indonesia, Malaysia mulai bersikap angkuh dan meremehkan Indonesia yang dianggapnya kalah maju tersebut. Sikap ini tentu saja mengganggu hubungan serumpun dan sejiran yang sebenarnya dapat menjadi modal kedua bangsa untuk lebih kokoh dan lebih maju.
Senin, 16 Februari 2009
WNI, Penghuni Terbesar Tahanan Malaysia
Warga negara Indonesia, ternyata merupakan penghuni terbesar di rumah tahanan Malaysia. Menurut data KBRI yang dikutip Surat Kabar Radar Sampit (030209), terdapat 6.886 orang WNI yang saat ini ada di seluruh penjara Malaysia.
Umumnya pelanggaran hukum yang mereka hadapi berkaitan dengan keimigrasian, disusul oleh kasus narkoba. Menurut Konselor Informasi, Sosial, dan Budaya KBRI Kuala Lumpur, Eka A. Suripto, tidak mudah menjalankan proses pendampingan hokum kepada WNI yang bermasalah, karena juga harus melakukan negosiasi dengan pemerintah Malaysia.
KBRI harus ngotot agar dapat memperoleh data terkini terkait dengan jumlah tahanan asal Indonesia. Pasalnya selama ini pemerintah setempat tidak pernah secara khusus menginformasikan mengenai hal ini.
“Pihak KBRI diharuskan memperolehnya melalui melalui jejaringan kerja yang dimiliki, Permintaan secara resmi melalui Kemlu jarang sekali ditanggapi”, demikian kutip Koran Grup Jawa Pos tersebut.
Umumnya pelanggaran hukum yang mereka hadapi berkaitan dengan keimigrasian, disusul oleh kasus narkoba. Menurut Konselor Informasi, Sosial, dan Budaya KBRI Kuala Lumpur, Eka A. Suripto, tidak mudah menjalankan proses pendampingan hokum kepada WNI yang bermasalah, karena juga harus melakukan negosiasi dengan pemerintah Malaysia.
KBRI harus ngotot agar dapat memperoleh data terkini terkait dengan jumlah tahanan asal Indonesia. Pasalnya selama ini pemerintah setempat tidak pernah secara khusus menginformasikan mengenai hal ini.
“Pihak KBRI diharuskan memperolehnya melalui melalui jejaringan kerja yang dimiliki, Permintaan secara resmi melalui Kemlu jarang sekali ditanggapi”, demikian kutip Koran Grup Jawa Pos tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)